Teknik Radiografi
Teknik Radiografi berasal dari kata Technique dan Radiographic dimana technique adalah teknik atau cara, sedangkan radiographic terbagi menjadi dua yaitu radio berati gelombang dalam hal ini adalah source gelombang sinar x (sinar x termasuk dari gelombang radiasi elektromagnetik), Kemudian Graphein yang berarti tulisan atau gambaran. Jadi bisa disimpulkan pengertian teknik radiografi adalah prosedur atau cara untuk mendapatkan gambaran pemotretan radiografi (radiograf / film roentgen) dengan menggunakan sinar x sehingga menghasilkan radiograf/film roentgen yang berkualitas sehingga dapat digunakkan untuk membantu/menunjang diagnosa.
Istilah
“mengambil foto/memotret” kecuali di kenal dalam Fotografi, juga dikenal dalam Radiografi.
Tetapi untuk membedakan dua hal tersebut maka perlu dilihat dari tiga hal
sebagai berikut :
a.
Dalam penggunaan sinarnya, Fotografi menggunakan cahaya biasa sedang dalam
Radiografi yang di gunakan adalah sinar - x ( sinar Roentgen ).
b.
Dalam prinsip pemotretannya, Fotografi menggunakan lensa untuk menangkap cahaya
yang di pantulkan oleh obyek, untuk kemudian diteruskan ke film. Sedangkan
dalam Radiografi, sinar - x menembus obyek dan ditangkap oleh film.
c.
Dalam peralatannya, radiografi membutuhkan jenis peralatan yamg lebih besar dan
lebih rumit l lagi.
Teknik radiografi dalam pencapaiannya untuk mendapatkan kualitas hasil radiograf agar mampu diinterprestasikan maka harus dibuat dengan prosedur tpemeriksaan yang tepat, sehingga terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan radiografi seperti pemeriksaan Kepala, kontras, atau non kontras.
Sebelum melakukan pemeriksaan pasien maka ada hal-hal yang hal yang harus juga terhadap pasien yaitun :
1. Persiapan pasien :
Persiapan pasien : Sama seperti jika kita ingin melakukan sebuah pemotretan biasa seorang model akan dipersiapkan baik baju atau asessorisnya. Sebaliknya untuk persiapan pasien pasien harus melepas benda-benda yang mengganggu misalnya mengganti baju pasien dan juga persiapan pasien yang akan dilakiukan pemeriksaan apakah harus puasa atau tidak.
2. Pengaturan Pasien :
Dalam
melakukan pemotretan, maka pasien perlu diatur sedemikianian rupa baik secara
keseluruhan maupun bagian demi bagian, sehingga memudahkan pelaksanaan
pemotretan pada bagian yang di perlukan. Untuk itu pengaturan pasien
digolongkan dalam dua hal, yaitu :
a. Posisi pasien
Yang
dimaksud dengan posisi pasien adalah posisi letak tubuh pasien secara keseluruhan dalam
suatu pemotretan, baik posisi kepala badan, kaki, tangan dan lutut, sehingga pasien merasa nyaman, sehingga pasien ini diaktakan posisi pasien supine, prone, semi prone, recumbent atau lateral. Posisi pasien dapat dilihat pada gambar :
Posisi Pasien |
Istilah
oblique pada umumnya merupakan letak atau kedudukan pasien terhadap film dalam
suatu pemotretan. Ada 4 macam kedudukan oblique,yaitu :
-
Right Anterior Oblique ( RAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan
depan dekat terhadap film.
-
Right Posterior Obique ( RPO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan
belakang dekat dengan film
-
Left Anterior Oblique ( LAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kiri
depan dekat terhadap film.
-
Left Posterior Oblique ( LPO ). Artinya pasien miringdengan tepi kiri belakang
dekat terhadap film.
b. Posisi Obyek
Yang
dimaksud dengan posisi obyek adalah sebagian obyek dari tubuh yang akan di foto misalnya posisi obyek dalam pemotretan abdomen atau perut . Misalnya seorang pasien
akan di foto tangannya, maka yang disebut obyek adalah posisi dari tangan
pasien yang akan di foto. Pada umumnya untuk mengatur posisi obyek perlu
dilakukan suatu pergerakan agar obyek tersebut berada pada posisi yang
dikehendaki. Beberapa istilah pergerakan yang penting antara lain
Fleksio
= gerakan melipat sendi.
- Ekstensio
= gerakan membuka sendi.
- Eversion
= gerakan membuka sendi kaki
- Inversion
= gerakan menutup sendi kaki
- Endorotasi
= gerakan memutar ke dalam.
- Inspirasi
= gerakan menarik napas.
- Ekspirasi
= gerakan mengeluarkan nafas
2.
Pengaturan Sinar
Sinar
- x yang akan digunakan dalam pemotretan perlu di arahkan secara tepat pada
obyek yang akan di foto. Disamping itu kekuatan sinar serta jumlah sinar perlu
diatur agar sesuai dengan besarnya obyek yang akan di foto. Oleh karena itu
maka pengaturan sinar dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Focus
Film distance ( FFD )
Jarak
antara sumber sinar ( Focus ) ke Film, perlu diatur pada setiap melaksanakan
pemotretan oleh karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas gambar,
factor eksposi dan lain sebagainya. Pada umumnya FFD untuk pemotretan Radiografi
berkisar antara (40 – 180) cm, tergantung dengan jenis pemeriksaan yang
dilakukan. Focus film distance di bagi menjadi dua bagian yaitu :
1.
Fokus Object Distance ( FOD ) adalah jarak fokus ke objek
2.
Object Film Distance ( OFD ) adalah jarak antara objek ke film.
Pengaturan
Central Ray ( CR )
Yang
dimaksud dengan Central Ray adalah pusat dari berkas sinar yang digunakan dalam
pemotretan. Central ray merupakan garis lurus tengah-tengah berkas sinar yang
menunjukan arah/ jalannya sinar tersebut. Selanjutnya istilah-istilah arah
sinar selalu disebut sesuai dengan arah datangnya dan perginya sinar.
Dorso-Ventral
= sinar dari punggung ke perut
- Ventro-Dorsal
= sinar dari perut ke punggung
- Dorso-Plantar
= sinar dari punggung ke telapak ( tangan/kaki )
- Planto-Dorsal
= sinar dari telapak ke punggung ( tangan/kaki )
- Supero-Inferior
= sinar dari atas ke bawah
- Infero-Superior
= sinar dari bawah ke atas
- Latero-Medial
= sinar dari tepi ke tengah
- Medio-Lateral
= sinar dari tengah ke tepi
- Caudo-Cranial
= sinar dari kaki ke kepala
- Cranio-Caudial
= sinar dari kepala ke kaki
- Axial
= sinar menuju ke poros sendi
- Tangensial
= sinar membentuk garis singgung terhadap obyek.
Selanjutnya
didalam pemotretan maka Central Ray akan diarahkan ke suatu titik pada obyek.
Titik tersebut dinamakan “Central Point (CP)”.
3.
Pengaturan Faktor Eksposi :
Faktor
eksposi ( factor penyinaran ) terdiri dari kV ( kilo volt ), mA ( mili Amper )
dan s ( second ). kV adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda
dan anoda didalam tabung Roentgen. KV akan menentukan Kualitas sinar - x yang
akan dihasilkan. mA adalah suatu arus tabung, dan s adalah satuan waktu
penyinaran. mAs akan menentukan kuantitas sinar - x yang dihasilkan.
Besarnya
factor eksposi berbeda-beda untuk tiap jenis pemotretan, oleh karena adanya
beberapa factor yang mempengaruhi, antara lain yaitu :
1.
Ketebalan obyek
Semakin
tebal obyek yang di foto, semakin tinggi factor eksposi yang di butuhkan dalam
pemotretan tersebut.
2.
Focus Film Distance
Pada
penggunaan FFD yang lebih besar, membutuhkan factor eksposi yang lebih tinggi.
3.
Tehnik pemotretan yang dilakukan
Misalnya
soft tissue technique,high KV technique, membutuhkan factor eksposi yang
berbeda dengan tehnik biasa meskipun pada obyek yang sama.
4.
Penggunaan peralatan tertentu
Penggunaan
screen film, non screen film, grid, dan lain-lain, masing-masing akan
membutuhkan factor eksposi yang berbeda satu sama lain.
1. Pengertian Posisi Objek
adalah letak atau kedudukan dari sebagian tubuh pasien atau penderita yang
perlu diatur dalam suatu pemotretan
==> Pasient tidur diatas meja pemeriksaan atau biasa disebut posisi terlentang
- Prone
==> Pasien tengkurep diatas meja pemeriksaan dengan posisi perut berada di bawah
- Erect
==> Pasien Posisi berdiri
- Lateral
==> Pasien tidur miring ke kiri atau kanan
- Oblique
==> Pasien tidur dengan posisi 45 derajat (Sedikit miring)
- Superior = ( bagian atas )
- Inferior = ( bagian bawah )
- Anterior = ( bagian depan )
- Posterior = ( bagian belakang )
- Internal = ( bagian dalam )
- Eksternal = ( bagian luar )
- Dekstra = ( bagian kanan )
- Sinistra = ( bagian kiri )
- Lateral = ( bagian samping )
- Medial = ( bagian tengah )
- Sentral = ( bagian pusat )
- perifer = ( bagian tepi )
- Profunda = ( dalam )
- Superfisial = ( dangkal )
- Asendens = ( bagian yang naik )
- Desendens = ( bagian yang turun )
- Kranial = ( bagian kepala )
- Kaudal = ( bagian ekor )
- Ventral = ( bagian depan ruas tulang belakang )
- Dorsal = ( bagian belakang ruas tulang belakang
- Parietal = ( selaput bagian dalam )
- Viseral = ( selaput bagian luar )
- Transversal = ( melintang )
- Longitudinall = ( membujur )
2. Posisi pasien yang biasa dilakukan
- Supine==> Pasient tidur diatas meja pemeriksaan atau biasa disebut posisi terlentang
- Prone
==> Pasien tengkurep diatas meja pemeriksaan dengan posisi perut berada di bawah
- Erect
==> Pasien Posisi berdiri
- Lateral
==> Pasien tidur miring ke kiri atau kanan
- Oblique
==> Pasien tidur dengan posisi 45 derajat (Sedikit miring)
3. Istilah-istilah sikap atau anatomi
- Superior = ( bagian atas )
- Inferior = ( bagian bawah )
- Anterior = ( bagian depan )
- Posterior = ( bagian belakang )
- Internal = ( bagian dalam )
- Eksternal = ( bagian luar )
- Dekstra = ( bagian kanan )
- Sinistra = ( bagian kiri )
- Lateral = ( bagian samping )
- Medial = ( bagian tengah )
- Sentral = ( bagian pusat )
- perifer = ( bagian tepi )
- Profunda = ( dalam )
- Superfisial = ( dangkal )
- Asendens = ( bagian yang naik )
- Desendens = ( bagian yang turun )
- Kranial = ( bagian kepala )
- Kaudal = ( bagian ekor )
- Ventral = ( bagian depan ruas tulang belakang )
- Dorsal = ( bagian belakang ruas tulang belakang
- Parietal = ( selaput bagian dalam )
- Viseral = ( selaput bagian luar )
- Transversal = ( melintang )
- Longitudinall = ( membujur )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar